• Download (PDF)
     | DropBox4shared | Box

    Download (EPUB)
    | DropBox4shared | Box

    Buku ini adalah Buku Pertama
    The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin, inilah epic pembuka dari trilogi novel The Lord of the Rings yang masuk dalam daftar buku terbaik sepanjang masa. Dikisahkan dengan begitu mendetail dan lengkap, trilogi petualangan fantasi karya J.R.R Tolkien ini seperti
    sudah ditakdirkan untuk menjadi sebuah karya besar nan melegenda sejak kali pertama diterbitkan menjelang pertengahan abad ke-20. Dalam seri ini, Tolkien dengan lihai mampu meramu sebuah kisah fantasi yang benar-benar memenuhi ekspektasi dan harapan pembaca akan sebuah kisah ajaib dan seru. Dengan cermat ia menyusun sebuah kisah di dunia lama, zaman ketika Bumi belum terlalu tua dan Eropa masih disebut dengan Middle Earth. Itulah masa-masa ketika sihir masih berkecamuk, ketika pedang adalah lambang harga diri, ketika daratan masih diliputi hutan dan aneka legenda, ketika sikap ksatria dan keberanian adalah harta tak terbeli, ketika janji masih dijunjung tinggi.

    Kisah besar ini terjadi pada Zaman Keempat—yang rincian kalender di Dunia Tengah dapat dilihat di buku The Return of the King. Kala itu, Dunia Tengah masih diliputi kedamaian karena Sang Kegelapan masih lemah di pusat kekuasaannya di timur. Hanya sesekali terjadi perang atau gangguan keamanan, atau kemunculan beberapa orc dan troll di sudut-sudut terjauh Bumi Tengah, di Mirkwood, dan di Pegunungan Berkabut. Kaum Hobbit (nama “hobbit” merupakan istilah ciptaan Tolkien yang kemudian masuk di dalam kamus Bahasa Inggris) hidup tenang dalam rumah-rumah lubang mereka di Shire. Kaum manusia masih bertahta dan menjalankan tugasnya dengan penuh kebanggaan sebagai calon pewaris peradaban Bumi Tengah. Kaum kurcaci sibuk dengan perkakas dan kehidupan mereka di gunung-gunung batu serta terowongan. Sementara, kaum elf memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia dan mencoba mengabaikan segala apa yang terjadi di Dunia Tengah. Dunia seakan berputar dengan begitu biasa, padahal di timur kegelapan tengah bangkit dan mengumpulkan kuasa jahatnya.

    Adalah Frodo Baggins, seorang hobbit yang juga keponakan dari Bilbo Baggins (kisah lengkap Bilbo bisa dibaca pada buku The Hobbit), yang mewarisi sebuah cincin keramat ari sang paman. Cincin inilah rahasia dari kekayaan, kejayaan, dan kehebatan keluarga Baggins di Hobitton. Kunjungan sang penyihir kelabu Gandalf mengubah segalanya, termasuk mengubah takdir hidup Frodo dan juga nasib Dunia Tengah. Cincin itu ternyata adalah pusat kekuatan dari Sang Gelap yang tengah bangkit di timur. Jika cincin itu jatuh ke tangannya, maka berakhirlah kehidupan di seluruh penjuru Dunia Tengah. Keputusan telah dibuat. Dewan penyihir dan kaum elf sepakat bahwa cincin itu harus dihancurkan. Frodo pun terpilih sebagai sang pembawa cincin karena sebagai hobbit ia dinilai paling tidak mempan tergoda oleh bujukan si cincin.

    Maka dibentuklah aliansi pertama untuk melawan kembali kebangkitan Sang Gelap. Dari masing-masing ras di Dunia Tengah, ditunjuklah sejumlah perwakilan. Aragon dan Boromir dari ras manusia, Gimli dari ras kurcaci, Legolas dari kaum elf, Gandalf sang penyihir, serta ketiga sahabat Frodo yakni Merry, Peppin, dan Sam sebagai wakil dari ras hobbit. Maka, dimulailah perjalanan akbar sembilan pembawa cincin menuju Gunung Mordor demi menghancurkan cincin keramat tersebut. Dari sini, cerita akan bergulir seiring dengan makin jauhnya perjalanan para pembawa cincin. Melewati kota-kota manusia dan kampung hobbit, menembus hutan belantara yang penuh jebakan, melewati terowongan-terowongan gelap yang menyesatkan, hingga berjuang melawan terpaan badai salju di lereng pegunungan terjal. Sebuah perjalanan yang berat, apalagi Sang Gelap juga merasakan ketiakberesan sehingga ia mengirimkan pasukan hitamnya.

    Ini adalah perjalanan fisik sekaligus perjalanan jiwa. Segala serangan dan kesulitan yang menghadang di perjalanan telah menjadikan sembilan pembawa cincin itu saling terikat erat satu sama lain. Persahabatan mereka terbukti ampuh dalam menghadapi dan menaklukkan apapun yang menghadang, termasuk monster dan kuasa jahat sekalipun. Tapi, tidak ada hasil yang besar tanpa cobaan yang berat dan tak tertangguhkan. Kuasa nafsu begitu sulit ditolak sehingga pada akhir buku pertama ini, berakhirlah kebersamaan sembilan pembawa cincin. Frodo dan Sam harus berpisah dari teman-temannya yang lain, karena masing-masing punya takdir yang harus dipenuhi dan dijalani demi menyelamatkan Dunia Tengah.

    The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin berhasil melanjutkan kesuksesan The Hobbit . Novel ini ditulis dengan begitu terperinci, begitu lengkap sehingga hampir-hampir menyerupai perjalanan sungguhan ke daratan tak bertuan. Tolkien begitu piawai mendeskripsikan Dunia Tengah dengan kondisi alam dan penduduknya, bahkan bahasa-bahasa, sejarah, hingga kronologis waktunya. Karena saking lengkapnya, banyak pembaca yang merasakan novel ini sangat lambat dan alurnya sangat pelan, padahal dari situlah bukti keseriusan sang penulis dalam menggarap novel ini. Seolah-olah, Tolkien hendak menuliskan sebuah dunia yang benar-benar nyata, yang lengkap dengan segala atributnya sebagaimana dunia yang bisa dibayangkan pembaca. Dan ia berhasil. Setelah pembaca menyelesaikan pembacaan The Lord of the Rings, mereka pasti akan merindukan kembali saat-saat “berjalan” menembus Old Forrest atau mendaki Pegunungan Berkabut atau mengunjungi Rivendell.

    Ada saat-saat hebat yang kita rasakan saat membaca buku ini. Seolah-olah, pembaca akan dipindahkan ke masa-masa kuno ketika sihir dan adu pedang adalah hal biasa. Tolkien juga memanjakan pembacanya dengan detail (yang mungkin dianggap bertele-tele oleh sebagian orang) dan inilah yang menjadikan gambaran dalam novel ini begitu vivid dan mengikat pembaca. Dan, tanpa sadar, kita seolah-olah diajak menjadi pembawa cincin yang kesepuluh, yang menemani sekaligus mengawal Frodo dalam perjalanan besarnya menyelamatkan Dunia Tengah
  • Download (PDF)
    | DropBox4shared | Box

    Download (EPUB)
    | DropBox4shared | Box

    Buku ini adalah Buku Kedua
    Dalam buku pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), diceritakan bahwa Cincin yang diwarisi Frodo dari Bilbo ternyata adalah Cincin Utama, yang paling penting dari rangkaian Cincin Kekuasaan. Karena itulah Frodo dan kawan-­kawannya terpaksa
    pergi meninggalkan rumah mereka yang tenang di Shire.
    Sepanjang perjalanan, mereka terus dibayangbayangi oleh Para Penunggang Hitam dari Mordor. Akhirnya, dengan bantuan Aragorn, Penjaga Hutan dari Eriador, mereka berhasil melewati berbagai bahaya mengerikan, dan tiba di Rumah Elrond di Rivendell. Di sana diadakan Rapat Besar, dan diputuskan bahwa Cincin itu mesti dihancurkan. Frodo-lah yang ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Selain dirinya, akan ikut beberapa orang lain untuk membantunya dalam perjalanan menuju Gunung Api di Mordor, wilayah sang Musuh sendiri, untuk menghancurkan Cincin itu.

    Rombongan mereka terdiri atas: Aragorn dan Boromir putra Penguasa Gondor, mewakili Manusia; Legolas, putra Raja Peri di Mirkwood, mewakili kaum Peri; Gimli putra Gloin dari Pegunungan Sunyi, mewakili kaum Kurcaci; Frodo bersama pelayannya Samwise, dan dua kerabatnya, Meriadoc dan Peregrin, mewakili kaum hobbit; dan Gandalf si penyihir. Rombongan itu mengadakan perjalanan panjang yang rahasia, jauh dari Rivendell di Utara. Ketika mendapat kesulitan menyeberangi Pegunungan Caradhras di musim dingin, Gandalf memimpin mereka melewati gerbang rahasia yang membawa mereka ke TambangTambang Moria, mencari jalan di bawah pegunungan.

    Di sana Gandalf bertarung dengan Balrog, makhluk dahsyat dari dunia bawah, dan ia jatuh ke jurang tak berdasar. Maka Aragorn putra Arathorn mengambil alih pimpinan. Ia membawa mereka melewati Gerbang Timur Moria, melintasi Lorien, negeri kaum Peri, dan menyusuri Sungai Besar Anduin, hingga tiba di Air Terjun Rauros. Mereka menyadari bahwa ada mata-mata yang mengawasi, di antaranya Gollum, makhluk yang pernah memiliki Cincin itu di masa silam. Kini mereka harus memutuskan, apakah akan berbelok ke timur, menuju Mordor, atau ikut dengan Boromir ke Minas Tirith, kota utama Gondor, untuk membantu dalam peperangan yang akan berlangsung. Atau haruskah mereka memisahkan diri? Ketika Frodo menegaskan bahwa ia hendak terus berjalan menuju Mordor, Boromir berusaha merampas Cincin itu.
    Buku pertama diakhiri dengan peristiwa jatuhnya Boromir pada nafsu untuk memiliki Cincin itu, yang berakibat pada menghilangnya Frodo serta Samwise; sementara itu, para anggota rombongan yang lain tercerai-berai karena serangan mendadak kaum Orc, yang sebagian melayani sang Penguasa Kegelapan dari Mordor, dan sebagian lagi pelayan Saruman dari Isengard. Dalam buku kedua ini, The Two Towers Dua Menara, diceritakan nasib masing-masing anggota Rombongan setelah mereka tercerai-berai, sampai kedatangan Kegelapan besar, dan pecahnya Perang Cincin, yang akan diceritakan dalam buku ketiga dan terakhir.

  • Download (PDF)
    | DropBox 4shared | Box

    Download (EPUB)
    | DropBox 4shared | Box

    Buku ini adalah Buku Ketiga
    Bagian pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), mengisahkan bagaimana Gandalf si Kelabu menemukan bahwa cincin yang dimiliki Frodo si Hobbit ternyata sebenarnya Cincin Utama, penguasa semua Cincin Kekuasaan. Di dalamnya diceritakan tentang
    pelarian Frodo dan pendamping-pendampingnya dari kampung halaman mereka yang damai di Shire, dikejar teror para Penunggang Hitam dari Mordor, sampai akhirnya, dengan bantuan Aragorn sang Penjaga Hutan dari Eriador, mereka tiba di Rumah Elrond di Rivendell setelah melewati bahaya-bahaya yang dahsyat. Rapat Akbar Dewan Penasihat Elrond diadakan. Di sana diputuskan untuk mencoba menghancurkan Cincin Utama, dan Frodo ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Kemudian dipilihlah anggota-anggota kelompok Pembawa Cincin yang bertugas membantu Frodo dalam perjalanannya: sedapat mungkin pergi ke Gunung Api di Mordor, satu-satunya tempat Cincin itu bisa dimusnahkan. Sembilan Pembawa Cincin itu adalah:

    Aragorn, dan Boromir putra penguasa Gondor, mewakili Manusia;
    Legolas putra Raja Peri dari Mirkwood, sebagai wakil kaum Peri;
    Gimli putra Gloin dari Gunung Sunyi, sebagai wakil kaum Kurcaci;
    Frodo dengan pelayannya Samwise, dan kedua kerabatnya yang masih belia, Meriadoc dan Peregrin, wakil kaum Hobbit; serta Gandalf si Kelabu (Penyihir).

    Para Pembawa Cincin melakukan perjalanan rahasia jauh dari Rivendell di Utara, sampai suatu saat mereka gagal dalam upaya melintasi puncak Caradhras di musim salju, lalu mereka dituntun oleh Gandalf melewati gerbang tersembunyi dan masuk ke Pertambangan Moria yang luas, sambil mencari jalan di bawah pegunungan. Di sana Gandalf jatuh ke dalam jurang gelap setelah bertempur dengan makhluk mengerikan dari neraka. Aragorn, yang ternyata putra mahkota Raja-Raja Barat zaman purba, kemudian memimpin rombongan itu keluar dari Gerbang Timur Mona, melewati negeri Peri, Lorien, dan mengarungi Sungai Anduin, sampai mereka tiba di Air Terjun Rauros.

    Mereka sudah menyadari bahwa perjalanan mereka dipantau mata-mata, dan makhluk mengenaskan bernama Gollum, yang pernah menjadi pemilik Cincin Utama dan masih mendambakannya, sedang mengikuti jejak mereka. Tibalah saatnya mereka harus memutuskan apakah akan pergi ke timur, ke Mordor; atau pergi dengan Boromir untuk mendukung Minas Tirith, ibukota Gondor, dalam perang yang akan segera berkobar; atau saling memisahkan diri. Ketika ternyata Pembawa Cincin sudah bertekad melanjutkan perjalanannya yang nekat ke negeri sang Musuh, Boromir berusaha merebut Cincin dengan kekerasan. Bagian pertama berakhir dengan tergodanya Boromir oleh Cincin Utama; pelarian dan lenyapnya Frodo bersama pelayannya Samwise; dan tercerai-berainya sisa rombongan Pembawa Cincin oleh serangan mendadak pasukan Orc, yang sebagian melayani Penguasa Gelap dari Mordor, dan sebagian lainnya adalah anak buah pengkhianat dari Isengard, Saruman. Perjalanan sang Pembawa Cincin rupanya sudah dibuyarkan oleh malapetaka.

    Bagian kedua (Buku Tiga dan Empat), The Two Towers (Dua Menara), mengisahkan sepak-terjang masing-masing anggota rombongan setelah Sembilan Pembawa Cincin tercerai-berai. Buku Tiga menceritakan penyesalan dan kematian Boromir, serta penghanyutan jenazahnya dalam perahu yang dilepaskan mengarungi Air Terjun Rauros; tentang ditangkapnya Meriadoc dan Peregrin oleh pasukan Orc, yang membawa mereka ke Isengard melewati padang-padang timur Rohan; dan tentang pengejaran mereka oleh Aragorn, Legolas, dan Gimli. Muncullah kemudian para Penunggang Kuda Rohan. Pasukan berkuda yang dipimpin Eomer sang Marsekal, mengepung pasukan Orc di perbatasan Hutan Fangorn, dan memusnahkan mereka; tapi kedua hobbit melarikan diri ke dalam hutan dan di sana mereka bertemu Treebeard si Ent, penguasa rahasia Fangorn. Ketika mendampinginya, kedua hobbit menyaksikan bangkitnya amarah bangsa Pohon dan perjalanan mereka ke Isengard. Sementara itu Aragorn dan kawan-kawannya bertemu Eomer yang baru pulang dari pertempuran melativan Orc. Eomer meminjami mereka kudakuda, dan mereka melanjutkan perjalanan ke hutan.

    Dalam perjalanan mencari kedua hobbit, mereka bertemu lagi dengan Gandalf yang sudah kembali dari kematian, dan kini menjadi Penunggang putih, namun masih terselubung jubah kelabu. Bersama Gandalf mereka melaju melintasi Rohan sampai ke balairung Raja Theoden dari Mark, di mana Gandalf menyembuhkan raja tua itu dan membebaskannya dari sihir Wormtongue, penasihatnya yang jahat, yang sebenarnya merupakan komplotan Saruman. Kemudian mereka maju bersama Raja dan pasukannya untuk bertempur melawan pasukan Isengard, dan ikut berperan dalam kemenangan tipis pertempuran di Homburg. Kemudian Gandalf menuntun mereka ke Isengard. Di sana mereka menemukan benteng megah itu sudah menjadi puing berkat bangsa Pohon, sedangkan Saruman dan Wormtongue terkepung dalam menara Orthanc yang masih gigih bertahan. Dalam pembicaraan di depan pintu, Saruman menolak untuk menyerah, maka Gandalf memecatnya dan mematahkan tongkat sihirnya, meninggalkan Saruman di bawah pengawasan para Ent. Dari sebuah jendela tinggi Wormtongue melemparkan sebentuk batu ke arah Gandalf, namun tidak kena sasaran, dan batu itu dipungut oleh Peregrin. Ternyata itu salah satu dari tiga palantiri yang masih tersisa, Batu Penglihatan dari Numenor. Larut malam, Peregrin tergoda oleh Batu itu; ia mencurinya dan memandang ke dalamnya, sehingga terungkaplah dirinya di depan Sauron.

    Buku ketiga berakhir dengan kedatangan Nazgul yang melintas di atas padang Rohan. Hantu Cincin yang menunggang kuda terbang ini adalah pertanda perang akan segera dimulai. Gandalf menyerahkan palantir pada Aragorn, dan pergi ke Minas Tirith sambil membawa Peregrin. Buku Keempat menceritakan Frodo dan Samwise yang kini tersesat di perbukitan gersang Emyn Mull. Dikisahkan bagaimana mereka lolos dari perbukitan, dan disusul oleh Smeagol-Gollum; dan bagaimana Frodo menjinakkan Gollum, bahkan hampir melenyapkan kekejiannya, sehingga Gollum mengantar mereka melintasi Rawa-Rawa Mati dan daratan-daratan yang telah rusak, sampai ke Morannon, Gerbang Hitam Negeri Mordor di Utara. Ternyata mustahil bisa masuk lewat Gerbang itu, dan Frodo menerima saran Gollum: agar mencari “jalan masuk rahasia” yang diketahui Gollum, di sebelah selatan di Gunung Bayang-Bayang, di tembok-tembok barat Mordor.

    Dalam perjalanan ke sana, mereka ditawan pasukan pengintai bangsa Gondor yang dipimpin Faramir, adik Boromir. Faramir menemukan rahasia misi mereka, tapi Ia berhasil menolak godaan yang membuat Boromir takluk, dan ia melepas kepergian mereka pada tahap terakhir perjalanan mereka ke Cirith Ungol, Celah Labah-Labah; ia memperingatkan mereka bahwa tempat itu penuh bahaya maut, yang belum diceritakan sepenuhnya oleh Gollum pada mereka. Saat mereka sampai ke Persimpangan Jalan, dan mengambil arah menuju kota. Minas Morgul yang mengerikan, kegelapan besar keluar dari Mordor, menyelubungi seluruh daratan. Lalu Sauron mengirim pasukannya yang pertama, di bawah pimpinan Raja para Hantu Cincin: Perang Cincin sudah dimulai. Gollum menuntun kedua hobbit menuju jalan rahasia yang menghindari Minas Morgul, dan dalam kegelapan akhirnya mereka sampai ke Cirith Ungol. Di sana Gollum kembali ke wataknya yang keji, dan berupaya mengkhianati kedua hobbit itu masuk dalam perangkap , penguasa celah tersebut, Shelob, makhluk yang mengerikan. Namun ia terhalang oleh kepahlawanan Samwise, yang menangkis serangan Shelob dan melukainya. Bagian kedua berakhir dengan pilihan Samwise.

    Frodo, yang sudah disengat Shelob, tergeletak mati, atau begitulah kelihatannya: misi mereka terpaksa berakhir dengan malapetaka, atau Samwise harus meninggalkan majikannya. Akhirnya Sam mengambil Cincin dan berusaha melanjutkan sendirian misi yang tampaknya sia-sia itu. Tapi tepat saat Ia akan masuk ke daratan Mordor, beberapa Orc datang dari Minas Morgul dan turun dari menara Cirith Ungol yang berfungsi menjaga puncak celah. Dalam keadaan tidak tampak karena memakai Cincin, Samwise menguping percakapan para Orc bahwa Frodo bukan mati, tapi hanya pingsan. Namun sudah terlambat ketika ia mengejar mereka; para Orc menggotong tubuh Frodo ke terowongan yang menuju pintu belakang menara mereka. Samwise jatuh pingsan di depannya ketika pintu itu berdentang tertutup. Buku ini, yang ketiga dan terakhir, akan menceritakan strategi pertarungan antara Gandalf dan Sauron, sampai ke bencana terakhir dan sirnanya kegelapan besar. Tapi mula-mula kita tinjau dulu kisah pertempuran di Barat.